cerita raja dan sepatu

Raja dan
Sepatu Kulit

Diterjemahkan dari
100 Moral Stories for Kids

1. Perjalanan Raja

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang memerintah di sebuah negeri yang makmur.

Once upon a time, there was a king who ruled a prosperous country.

Suatu hari, sang raja berkunjung ke suatu daerah yang jauh dari negerinya. Tatkala ia kembali ke kerajaannya, ia mengeluh karena kedua kakinya terasa sakit. Sebab, itu adalah pertama kali baginya melakukan perjalanan yang jauh dan jalanan yang ia lalui begitu kasar dan berbatu.

One day, he went for a trip to some distant areas of his country. When he was back to his palace, he complained that his feet were very painful, because it was the first time that he went for such a long trip, and the road that he went through was very rough and stony.

2. Perintah Menutup Jalanan dengan Kulit

Lalu, sang raja memerintahkah rakyatnya untuk menutup semua jalanan di negerinya dengan kulit. Pastinya, kebijakan ini membutuhkan ribuan kulit sapi dan biaya yang sangat mahal.

He then ordered his people to cover every road of the entire country with leatherDefinitely, this would need thousands of cows’ skin, and would cost a huge amount of money.

3. Usulan Membuat Sepatu untuk Raja

Kemudian, salah seorang pelayannya yang bijaksana memberanikan diri untuk berbicara kepada sang raja: “Mengapa baginda menghabiskan begitu banyak uang? Mengapa baginda tidak ambil saja sepotong kulit untuk menutup kaki baginda?”

Then one of his wise servants dared himself to tell the king, “Why do you have to spend that unnecessary amount of money? Why don’t you just cut a little piece of leather to cover your feet?”

Sang raja terkejut, tetapi kemudian baginda menyetujui usulnya, yaitu untuk membuat “sepatu” bagi dirinya sendiri.

The king was surprised, but he later agreed to his suggestion, to make a “shoe” for himself.

4. Pesan Moral

Sebenarnya, ada pelajaran kehidupan yang berharga pada cerita ini: Untuk membuat dunia ini tempat yang membahagiakan untuk ditempati, sebaiknya kita mengubah diri kita—yaitu hati kita—dan bukan mengubah dunia ini.

There is actually a valuable lesson of life in this story: to make this world a happyplace to live, you better change yourself – your heart; and not the world.