Facebook
WhatsApp
Email

Diktator Seumur Hidup: Julius Caesar

julius caesar

Kekacauan di Roma

Diktator dalam sejarah Roma merujuk kepada seorang pemimpin yang ditunjuk oleh Senat (perwakilan rakyat) untuk bertindak–dengan semua instrumen militer Romawi–dalam situasi krisis. Namun, tidak ada diktator Romawi yang lebih kontroversial dari Julius Caesar yang didaulat sebagai Diktator Seumur Hidup. Bagaimanakah kisahnya?

Bermula pada tahun 81 s.M, ketika Lucius Cornelius Sulla ditunjuk sebagai diktator Roma (padahal tidak terjadi krisis apapun), semua musuh politik dan emosional Sulla dijatuhi hukuman mati, terlebih lagi teman-teman, saudara dan kerabat dari Konsul Roma sebelumnya (Marius Gayus dan Lucius Cinna) yang menjadi musuhnya. Pompei, mitra Sulla, memburu musuh-musuh politik di Sisilia dan Afrika Utara, sementara Crassus, mitranya yang lain membantu Sulla membakar rumah-rumah yang ingin mereka rampas. Sejarahwan Plutarkhos menulis:

“dan bahkan algojo-algojo cenderung mengatakan bahwa orang ini dibunuh karena rumahnya yang besar, yang ini karena kebunnya, dan yang itu karena mata airnya yang hangat”

Tidak banyak musuh politik yang selamat, namun, menantu Cinna, Julius Caesar, adalah pengecualian.  Setelah Sulla mati pada 78 s.M dengan azab penyakit yang mengenaskan (usus besarnya membusuk, keluar kutu-kutu yang menggerogoti dagingnya) dan situasi menjadi stabil, Julius Caesar kembali ke Roma.

Lalu, terjadilah Pemberontakan Budak Gladiator Romawi yang cukup menyulitkan Senat pada 73 s.M. Untuk menaklukkan gladiator yang handal itu, kedua mitra Sulla (Pompei dan Crassus) turun tangan sehingga pada 70 s.M mereka terpilih sebagai konsul. Caesar, yang kala itu telah berada di Roma, meminang putri Pompey, Pompeia.

Karir Politik Awal Julius Caesar

Ketika mertuanya sedang menyapu bersih sepanjang pantai Laut Tengah, menaklukkan Seleucid yang sedang loyo, dan mencaplok kawasan Palestina ke dalam imperium Romawi, Julius Caesar terpilih sebagai Pontifex Maximus (pendeta tertinggi), sementara koleganya, Cicero naik sebagai Konsul.

Namun roda hidup terkadang membawa kita ke masa-masa sulit dan inilah juga yang dialami Julius Caesar. Meskipun memangku jabatan, ia terlilit banyak hutang akibat kegiatan kampanyenya. Sayangnya, ia melarikan diri menuju Hispania (Spanyol) sehingga kemudian tertangkap di pelabuhan.

Untungnya, datang Crassus. Beda dengan Pompei yang terkenal dalam karir militer dan penaklukannya, Crassus adalah orang yang “bertangan dingin”: apapun dapat ia jadikan uang. Ia memiliki tambang-tambang perak, tanah pertanian, budak-budak yang banyak, singkatnya, ia seorang konglomerat. Crassus menjamin hutang Julius Caesar, sepertinya ia menilai Caesar dapat menjadi mitra politik masa depan yang handal.

Benar, setelah Pompei mendarat di Roma, Caesar, Pompei, dan Crassus bertemu untuk berkolusi menguasai Roma: Crassus menyediakan uang, Pompei menyiapkan militernya, dan Caesar menjadi konsul. Kolusi tidak baik dari sudut pandang moral, tetapi mereka berhasil.

Julius Caesar terpilih menjadi konsul. Untuk mengambil hati rakyat, ia menerbitkan peraturan untuk membagi tanah kepada orang-orang miskin. Ini baik, tapi bagi rekan konsulnya, Bibulus, ini tidak baik (karena berbau kampanye), Senat pun menolak. Tetapi kemudian Pompei mengirim orang-orang bersenjata ke Forum untuk memastikan tidak ada yang campur tangan.

Karir Militer Julius Caesar

Setelah selesai menjadi konsul, dengan pasukan bersenjata Pompei, Caesar ditunjuk untuk menjadi Gubernur Gallia-seberang-Alpen.

peta gallia seberang alpen

Di Gallia, Julius Caesar berhasil menaklukkan suku-suku Celtic dari Helvetii dan Tigurini yang mencoba menginvasi Gallia-seberang-Alpen. Kemudian, ia menyerbu suku-suku Jerman di sekitar Sungai Rheine, lalu ia turun dan membangun markas di utara Italia, sebelum Sungai Rubicon. Sampai di sini, reputasi Julius Caesar sebagai Sang Penakluk sudah terdengar ke telinga orang-orang Roma. Belajar dari Pompei, Caesar memastikan setiap berita kemenangannya harus disebarkan kepada rakyat dan ini bagian dari politik yang lihai.

Di perbatasan utara Roma, Julius Caesar didatangi oleh banyak orang, mereka memberinya hadiah, suap, dan lain-lain, dengan harapan akan menjadi mitra baik di masa yang akan datang. Tetapi yang paling penting di antara orang-orang itu adalah dua orang mitranya: Pompei dan Crassus.

Kolusi Baru Triumvirat

Pompei dan Crassus, yang bersama Caesar membentuk “Triumvirat” (tiga serangkai), mengajak Julius Caesar untuk berkolusi sekali lagi mengendalikan Roma. Kali ini, tujuannya adalah untuk mengangkat Pompei dan Crassus sebagai konsul pada tahun 56, di mana langkah selanjutnya adalah memperpanjang tugas Caesar di Gallia selama lima tahun, mendudukkan Pompei sebagai Gubernur Hispania, dan menjadikan Crassus jendral perang untuk menaklukkan Parthia (yang merupakan kekuatan terbesar di Dunia Tengah). Sekali lagi, dengan kekuatan uang, suap-menyuap, dan militer yang menjadi backing, kolusi mereka berhasil.

Setelah tugasnya diperpanjang, Julius Caesar menyeberang ke Britania pada 55 s.M. Ia mengamati terjadinya konflik internal di kerajaan selatan: Cassivelaunus, seorang paman, merebut tahta kerajaan Trinovantes dari keponakannya, Mandubracius. Maka, ketika ia diminta bantuan oleh sang putra mahkota, pasukan perang Romawi pun menyerbu Inggris dan memberikan cukup kemenangan: Cassivelaunus mengembalikan tahta kepada keponakannya, dan Inggris menjadi bagian dari imperium Roma.

Selain Britania, Julius Caesar juga memadamkan pemberontakan serius di Gallia, yang di sisi lain sebetulnya menjadikannya lebih kaya dan berlimpahan harta dari peperangan tersebut, di samping namanya yang dielu-elukan oleh rakyat Romawi sebagai pahlawan besar. Kemenangan demi kemenangan ini terjadi di saat Crassuss dan tujuh puluh ribu bala tentaranya tewas dihancurkan pasukan Kerajaan Parthia. Kepala Crassuss dipenggal dan diarak dalam acara sandiwara kemenangan negeri itu.

Triumvirat mulai pecah. Kemenangan Julius Caesar tentunya juga mengusik ketenangan hati Pompei, terlebih setelah istrinya (putri Julius Caesar), baru saja meninggal saat melahirkan: keduanya tidak lagi ada ikatan.

pompei

Julius Caesar Memasuki Roma

Sekarang, Julius Caesar bergerak menuju Roma, membawa kegemilangan, kejayaan, kekayaan besar, dan bala tentara yang tak tertandingi besarnya, pulang ke Roma. Secara de facto, Caesar telah menjadi dictator.

Bukan hanya Senat, Pompei pun merasa gentar dengan kedatangan Julius Caesar. Maka segera ia mengirim pesan ke Utara: Caesar dilarang memasuki Roma, kecuali ia serahkan seluruh bala tentaranya. 

Pada mulanya, Caesar bersedia tetapi meminta beberapa legiun (satu legiun terdiri dari seribu orang) mendampinginya (ia curiga akan dibunuh jika datang tanpa tentara, seperti yang selalu terjadi di Roma). Namun karena ditolak, maka bergeraklah Caesar dan bala tentaranya memasuki Roma hingga tiba di sebuah tempat sebelum Sungai Rubicon, ia sempat mempertimbangkan rencananya, “maju atau mundur”. Tetapi akhirnya, dengan mantap ia berteriak keras-keras, “Alea iacta est!“, sebuah ungkapan yang biasa diteriakkan oleh seorang penjudi yang berarti “lemparkan dadunya!” Pasukannya pun bergerak kembali menuju Roma di Selatan. Semua orang sudah menduga, sebuah perang saudara akan terjadi, seperti yang selalu terjadi ketika jendral perang di luar tembok memasuki kota.

Ketika Julius Caesar datang, Italia dilanda kepanikan. Semua orang berlarian mencari tempat berlindung dari pertempuran besar yang tak terhindarkan. Siapa yang berani melawan Caesar? Senat pun berusaha untuk menenangkan hati Caesar. Tetapi Caesar tidak melakukan pembantaian seperti yang dilakukan oleh Sulla. Ia hanya mengawasi kota dan menakut-nakuti mereka yang bermaksud memberontak. Ia merampas keuangan negara untuk mempersiapkan perang melawan Pompei.

Pada akhirnya, Pompei melarikan diri ke Brundisium, di pantai sebelah Timur, mendirikan pemerintahan di sana, lalu ia mengirimkan pasukannya ke Dyrrhachium, sebuah  kota Yunani. Akan tetapi, dalam dua tahun saja, pasukan-pasukan ini hancur dihantam oleh tentara Julius Caesar dan Pompei sendiri, yang terlibat dalam pertempuran ini, kabur menuju Mesir dengan menyamar dalam pakaian orang tua.

Keberhasilan Caesar menghancurkan Pompei ini dihadiahi secara de jure gelar dictator, bahkan sebelas hari kemudian ia diangkat menjadi konsul. Lalu, setelah menunjuk Markus Antonius, perwira bawahannya, sebagai wakil di Roma, Caesar pun berangkat memburu Pompei ke Mesir.

Cleopatra

Ketika Julius Caesar masuk ke Mesir, Ptolomous XIII sedang berkuasa, sementara kakaknya, Cleopatra VII sedang bersengketa merebut tahtanya. 

Sayangnya, ketika Caesar tiba di Mesir, ternyata Pompei sudah mati, di tangan salah satu prajurit Mesir. Orang-orang Mesir tahu sejak awal bahwa Caesar datang untuk mencari Pompei, makanya mereka menyerahkan kepala Pompei ke hadapannya.

Melihat kepala Pompei, Caesar marah karena ia tidak pernah berniat membunuh rekannya itu. Tetapi, ini alasan bagus bagi Caesar untuk merebut Mesir. Ia pun memanggil Ptolomeus XIII dan Cleopatra ke hadapannya di Alexandria, untuk memilih siapa di antara mereka yang akan memerintah Mesir di bawah kendali Roma.

Tetapi, begitu Cleopatra tampak di hadapannya, ia sudah terpesona dengan kecantikannya. Akhirnya, ia pun menyingkirkan Ptolomeus dan Cleopatra naik tahta. Selama berbulan-bulan, Julius Caesar bermalas-malasan di Mesir bersama Cleopatra, mengabaikan untuk sementara urusan-urusan Roma.

cleopatra

Penaklukan Julius Caesar

Setelah Julius Caesar keluar dari Mesir, ia kembali menghunuskan pedangnya dan menghancurkan pasukan-pasukan musuh, ke utara, lalu ke Timur, di mana ia bertemu dengan pasukan Pontus, lalu turun ke Afrika dan menyusuri pantai hingga menyeberang ke Iberia (Hispania).

Setelah beberapa tahun, Julius Caesar kembali ke Roma, disambut dengan pawai kemenangan, patung-patungnya dibuat di sepanjang kota. Pawai itu didahului oleh sebuah plakat bertuliskan “veni, vidi, vici!” (aku datang, aku melihat, aku menaklukkan).

Sekarang, dengan angkatan perangnya, Caesar menguasai dan mengendalikan semuanya: menunjuk para hakim, mengeluarkan undang-undang. Semua takut kepadanya, sampai Senat pun memberikan gelar Diktator Seumur Hidup kepadanya pada 44 s.M.

kemenangan julius caesar

Kematian Julius Caesar

Semua orang merasa takut kepada Julius Caesar, ia dapat melakukan apapun. Sebetulnya, situasi ini umum dalam kerajaan di manapun, tetapi masalahnya Roma selalu menjadi republik, tidak pernah terfikirkan bagi Roma untuk memiliki raja.

Maka, pada 15 Maret 44 s.M, sekelompok Senat berkomplot untuk membunuh Julius Caesar, termasuk di dalamnya, sepupunya sendiri, Markus Brutus. 

Pada hari pembunuhan, Markus Antonius dihalangi untuk memasuki  ruangan Senat, lalu masuklah Julius Caesar dan orang-orang berdiri untuk menghormatinya. Mendekatlah seseorang bernama Tulus Cimber, seakan ingin menyampaikan sesuatu, lalu orang-orang lainnya mengeluarkan belati dan menghabisi nyawanya.

pembunuhan julius caesar
misterarie
  1. Baca ratusan ebook gratis
  2. Gunakan AI (Artificial Intelligence dengan mudah)
  3. Banyak Media Belajar
  4. Artikel pembelajaran menarik dalam berbagai bidang studi

Join Komunitas Kelas Digital MisterArie

misterarie baru

Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.

Youtube

Scroll to Top