Home » Nasihat Pernikahan
Tulisan ini adalah kado bagi siapapun yang sedang memasuki dunia rumah tangga, bagi yang sedang duduk di pelaminan, atau boleh pula bagi mereka, para pengantin tua, yang sudah beberapa tahun, bahkan berbelas atau berpuluh tahun menjalani rumah tangga.
Sahabatku, sebelum menikah, kita selalu memohon kepada Allah agar menganugerahkan untuk kita pasangan hidup yang baik, soleh dan bertanggung jawab, kalau bisa cantik atau tampan serta mapan (semua doa yang bagus dan sempurna).
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
“Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)
Lalu, jika Allah mengabulkan, dua pasangan hati yang soleh dan beriman pun akan tertambat dan mencari jalannya sendiri, yang halal, menuju mahligai pernikahan (tentunya setelah melewati proses “pusing” mengumpulkan biaya pernikahan yang tinggi untuk menuruti adat-istiadat, kendati nabi sendiri mengajarkan untuk memudahkan)
Di atas pelaminan, setiap tamu yang datang mendoakan keberkahan dan segala kebaikan. Sang pria pun menatap istrinya dan sang istri membalas tatapan itu dengan senyuman bahagia yang tidak dibuat-buat. Terlontarlah sebuah kata-kata mesra dari pengantian pria: “Dik, kakak berjanji akan membahagiakan kamu. Kita akan jalani hidup ini bersama ya. Susah senang, kita akan jalani bersama. Selama untuk kamu, kakak akan lakukan apapun yang terbaik karena kamu adalah kebahagiaan kakak.”
Lalu, sang pengantin wanita menjawab: “Iya, kakak sayang. Senang dan susah, kita akan lewati bersama…. Selama ada kakak, Aku akan bahagia. Kita akan jalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan. Kita akan makan bersama, bermain bersama, dan menua bersama-sama“
Pernikahan memang sangat indah, tetapi setelah beberapa bulan terlewati, masalah demi masalah pun akan datang untuk menguji seberapa kuat janji pernikahan yang telah diucapkan…
Ujian pernikahan tidak tanggung-tanggung beratnya, karena melibatkan dua jenis insan yang berbeda suhu: yang satu panas seperti teko, jika sudah mendidih akan menjerit; yang satu lagi dingin dan cenderung menjauh dari hawa panas. Tetapi keduanya sudah ditakdirkan untuk bersatu dan hidup bersama. Tatkala ujian terasa terlalu berat, tak jarang dari pasangan-pasangan hati itu yang retak dan tidak lulus ujian…
Mengapa pernikahan dapat berubah dari surga menjadi neraka? Mengapa dua pasangan hati yang saling mencinta dapat menjadi dua musuh yang saling membenci? Mengapa janji yang terucap di atas pelaminan begitu sulitnya untuk dijalankan? Apakah masalahnya? Di sinilah kita membutuhkan nasihat pernikahan.
Tahukah kamu mengapa nabi mengajarkan untuk mencari pasangan tidak wajib yang cantik tampan rupawan? Tidak wajib yang tajir hartawan? Lihatlah, betapa banyak orang-orang cantik dan tampan menanggalkan cincinnya sembari melangkah keluar dari pengadilan. Karena bukan itu semua yang dapat menjaga bahtera rumah tangga! Janji dan kata-kata manis untuk setia sehidup semati di atas pelaminan pun akan kandas tatkala minyak di dapur habis…
Rumah tangga hanya akan utuh selama kedua pasangan hati itu berusaha memenuhi janji dan tanggung jawabnya kepada Allah karena pernikahan adalah mitsaqan ghalizha, ikatan yang sangat kuat, antara kita dengan Allah. Kita mencintai pasangan kita, karena Allah; karena Allah memerintahkan kita untuk mencintai dan memperlakukannya dengan baik. Sehingga tatkala tubuh kita mengkerut dimakan usia, tak ada yang berubah. Kita tetap berusaha sebaik-baiknya: bersyukur di kala senang, bersabar di kala susah, karena ini perjanjian kita dengan Allah di atas kita.
Pernikahan bukan hanya tentang cinta yang manis, tetapi juga perjalanan panjang yang penuh ujian. Dua insan yang berbeda—laki-laki dan perempuan, dengan latar belakang keluarga, kebiasaan, bahkan cara berpikir yang tidak sama—dipertemukan dalam satu ikatan suci. Untuk itu, ada beberapa nasihat yang mungkin berguna untuk kita perhatikan:
Keempat, ingat bahwa pernikahan adalah ibadah. Tujuan utamanya bukan sekadar bahagia di dunia, tapi juga bersama meraih ridha Allah dan bertemu kembali di surga. Maka setiap sabar menahan amarah, setiap doa untuk pasangan, setiap usaha memahami perbedaan—semua bernilai pahala di sisi Allah.
Kelima, jangan lupa untuk terus-menerus berdoa dan meminta kepada Allah akan memberikan kita cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) supaya keluarga kita diliputi oleh ketenteraman (sakinah). Dalam doa, mintalah agar Dia meneguhkan cinta, menumbuhkan kasih, dan menjaga keluarga dari perpecahan. Karena hanya dengan pertolongan Allah rumah tangga bisa kokoh menghadapi badai kehidupan.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
“Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)