Home » Kultum tentang Sedekah | Bukber dan Baksos BKOMG GIS
Sekarang, saya merasa, berada di acara yang mulia. Karena tujuan acara ini, selain buka puasa bersama, adalah mengeluarkan sebagian harta, bukan untuk belanja, bukan foya-foya, tetapi, ibu-ibu mengeluarkan sebagian harta untuk disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Analogi
Ibarat kita donor darah, setelah darah kita disumbangkan, apakah darah kita berkurang? Iya!, tapi Subhanallah, tubuh kita langsung memproduksi darah yang baru. Sel darah merah terbentuk, darah putih bertambah kualitasnya.
Doa dan Harapan
Maka, mudah-mudahan, setelah sedekah,mengeluarkan sebagian harta, nikmat ibu-ibu semuanya Allah tambah! Rezekinya semakin mudah, hartanya menjadi berkah! Ya! Ini janji Allah, gimana dalilnya bu, surat Ibrohim ayat 7? “La in syakartum la aziidannakum!”, kalau kamu tunjukkan rasa syukur, pasti aku tambah nikmat, Aku bikin kau lebih makmur”. Amin ya robbal …
Ibu-ibu yang berbahagia,======================
Asyrul Awakhir dan Memberi Makan untuk Berbuka
Pada bulan Ramadan ini, pada periode asyrul awaakhir, ada banyak amal ibadah yang dapat lakukan, sedekah adalah salah satunya. Memberi makan orang untuk berbuka itu sedekah. Pahalanya besar, kata nabi,
Man fatthoro shoo iman kaana lahu mitslu ajrishoim min ghoiri ayyanqusho min ujuurihim syay’un.
Siapa yang kasih makan orang untuk berbuka, maka dia dapat pahala seperti pahala satu orang itu. Bagaimana kalo dia ngundang anak yatim berbuka puasa di rumah sebanyak 5 orang. Maka dia dapet pahal 5x puasa. Lalu bagaimana kalo kita bawa makanan ke pinggir jalan, berbagi iftar sampai 30 orang makan? Maka kita udah kaya puasa selama 1 bulan.
Ibu-ibu BKOMG yang saya muliakan,==========================
Hidup ini sementara, sedekahlah…
Harta kita adalah titipan,
وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ (Al-Hadid: 7)
Maka, gunakanlah titipan Allah ini sebagaimana yang Allah inginkan.
Jangan pernah melekat pada harta, karena hidup ini hanya sementara. Berapa usia kita? 30, 40, 50? Lebih tajem lagi, berapa sisa umur kita? Mungkin tahun depan ada yang dipanggil, siapa yang tahu? Kalo ajal sudah tiba, tubuh yang cantik dan ganteng sudah berganti status menjadi mayat maka semua harta yang ada di rumah kita tak lagi berguna, yang berguna adalah amal sedekah yang ibu-ibu donasikan.
Turun Ayat “Allah Meminjam Kekayaan kita”
Pemahaman ini diyakini oleh sahabat nabi yang bernama Abu Dahdah.
Pada suatu hari, ada turun ayat Al-Quran, Surat Al-Baqoroh, ayat 245, yaitu:
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Dia akan melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan (QS. Al-Baqoroh: 245)
Ibu-Ibu BKOMG,
Allah bertanya, siapa yang mau meminjamkan kekayaannya kepada Allah? Pertanyaan ini membingungkan. Kenapa? Allah yang punya langit dan bumi, robbul ‘arsyil azhiim, pemilik ‘Arsy yang agung, buat Apa Allah meminjam kekayaan kita? Ini retorika Allah.
Oleh karena itu, menurut Ibnu Arabi, ada tiga kategori orang dalam menjawab ayat ini, pertama, sebutlah istilahnya “Kategori orang kafir”, kedua, “Kategori orang bakhil”, dan terakhir, “Kategori orang beriman.” Bagaimanakah penjelasannya?
1. Kategori Orang Kafir
Tatkala ayat ini diturunkan, seorang elit Yahudi Madinah, Huyay bin Akhthob, mengolok-olok dengan berkata, “Tuhannya Muhammad itu miskin! Dia (Tuhan) memohon pinjaman dari kita! Maka, kitalah yang kaya!”
Menurut sebuah hadits dari Al-Hasan, Karena ucapan Huyay tersebut, maka turunlah ayat Al-Qur’an lainnya sebagai jawaban Allah,
لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ
Sungguh, Allah benar-benar telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.” Kami akan mencatat perkataan mereka dan pembunuhan terhadap nabi-nabi yang mereka lakukan tanpa hak (alasan yang benar). Kami akan mengatakan (kepada mereka pada hari Kiamat), “Rasakanlah azab yang membakar!” (QS. Ali Imron: 181)
Dengan menunjukkan kedurhakaan kaum Yahudi pada masa lalu (yaitu pembunuhan terhadap nabi-nabi, seperti terhadap Nabi Zakariya dan Nabi Yahya), Allah mengungkapkan motif permusuhan dan makar kaum Yahudi terhadap nabi masa kini, yaitu Nabi Muhammad. Lalu, Allah mengancam mereka dengan azab yang pedih pada hari kiamat.
2. Kategori Orang Bakhil
Selanjutnya, ada pula orang yang menjawab turunnya ayat tersebut dengan keengganan. Orang ini beragama Islam, tetapi Islamnya hanya sampai di ujung lidah karena hatinya tidak peduli pada Islam.
Pada masa nabi, secara politik orang-orang ini adalah pengikutnya Abdullah bin Ubay, yaitu pemimpin kelompok oportunis Madinah. Namun pada masa kini kita sendiri tentu dapat mengidentifikasinya. Mereka pelit dan bakhil sehingga tidak rela hartanya berkurang demi menolong orang lain untuk memenuhi seruan Allah ini.
Apakah pada zaman ini ada orang-orang oportunis seperti ini? Orang Islam yang kaya harta tetapi enggan bersedekah, lancar rezeki tetapi pelit untuk berbagi. Berjuta-juta uang habis untuk rekreasi tetapi tetangga sendiri kesulitan tidak mengetahui, atau bahkan tidak peduli.
Kategori Orang Beriman
Namun, ada pula orang beriman yang menyambut seruan Allah pada ayat di atas dengan penuh semangat, salah satunya adalah Abu Dahdah, seorang pebisnis ulung di Madinah.
Abu Dahdah Al-Anshari telah berbisnis sejak masa jahiliyah. Kepiawaiannya dalam berniaga menandingi Abdurrahman bin Auf, Urwah Al-Bariqi, dan Utsman bin Affan. Dahulu, seluruh waktunya habis digunakan untuk berbisnis sehingga ia memperoleh kekayaan yang berlimpah, namun sejak ia memeluk Islam, mindsetnya berubah. Kebahagiannya tidak lagi terletak pada besar kekayaan melainkan pada ketaatannya pada Rasulullah.
Permintaan Abu Dahdah
Menurut hadits yang bersumber dari Zaid bin Aslam, tatkala ayat tersebut turun, Abu Dahdah langsung menemui nabi saw. dan berkata,
“Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu (ungkapan keseriusan), wahai Rasulullah! Benarkah Allah meminta pinjaman dari kami padahal Dia sendiri tidak membutuhkan pinjaman itu?“
“Ya“, jawab sang nabi. “Dia (Allah) ingin memasukkan kamu ke surga dengan melakukan itu“, tambahnya.
Abu Dahdah tampak sudah tertarik untuk menukar hartanya dengan janji surga. Tetapi, ia menginginkan lebih dari itu. Seperti semua orang yang mencintai keluarganya, Abu Dahdah ingin keluarganya juga turut masuk surga bersamanya, maka langsung ia tanyakan kepada sang nabi,
“Jika saya memberikan pinjaman kepada Allah, apakah Dia (Allah) akan menjamin saya masuk surga bersama anak-anak saya?“, tanyanya lagi.
“Ya”, jawab rasulullah.
Mendengar jawaban tersebut, Abu Dahdah hatinya tenang dan sekaligus puas. Ia sangat menyadari bahwa hartanya tak akan lagi berguna saat ia sudah mati, maka saat itulah ia memulai transaksi,
“… ulurkanlah tanganmu kepadaku!“, kata Abu Dahdah kepada Rasulullah. Maka rasulullah pun melakukannya. Kemudian Abu Dahdah berkata,
“Aku mempunyai dua kebun kurma, yang satu berada di dataran tinggi dan yang lainnya di dataran rendah. Demi Allah, Aku tidak mempunyai yang lain kecuali kedua kebun ini dan Aku ingin menjadikan keduanya sebagai pinjaman untuk Allah.”
Saran untuk Mengurangi Sedekah
Dengan ikrar tersebut, Abu Dahdah hendak memberikan seluruh kekayaannya! Tetapi Islam adalah agama yang seimbang, akhirat boleh dikejar tapi dunia tetap harus dimiliki. Maka nabi saw. pun menyarankan kepadanya, “Jadikanlah (kebun kurmamu) yang satu sebagai pinjaman untuk Allah dan yang lainnya sebagai mata pencarianmu dan keluargamu!“.
Abu Dahdah menerima saran sang Rasul, maka ia pun mengulangi ikrar transaksinya,
“saksikanlah wahai Rasulullah, (di antara dua kebun kurma yang saya punya) saya ingin menjadikan yang terbaik dari kedua kebun kurma itu sebagai pinjaman untuk Allah! Di dalamnya ada enam ratus batang pohon kurma!”
“… Allah akan memberikan untukmu surga”, kata Rasulullah.
Reaksi Istri Salehah atas Sedekah Suaminya
Kemudian, setelah transaksi itu, Abu Dahdah pun bergegas pergi menemui istri dan anak-anaknya di kebun kurma. Istri dan anak-anaknya tinggal di kebun tersebut.
“Ummu Dahdah!” Serunya kepada istrinya.
“Kupenuhi panggilanmu (labbaik), suamiku”, jawab Ummu Dahdah.
Abu Dahdah berkata, “Keluarlah dari kebun! Sungguh kebun ini telah kupinjamkan kepada Rabku.”
Lalu, Abu Dahdah pun menceritakan transaksinya bersama Rasulullah, dan kemudian dia pun membuat sebuah sya’ir-enam-baris yang menyatakan bahwa dia telah memberikan salah satu kebunnya sebagai pinjaman untuk Allah.
Mendengar berita tentang transaksi suaminya tersebut, di mana sang suami menyedekahkan sebagian dari total kekayaannya, kira-kira, bagaimanakah reaksi Ummu Dahdah istrinya?
Sang istri tidak marah karena takut menderita kemiskinan, tidak kesal karena sang suami tidak mendiskusikan hal sepenting itu kepadanya. Ummu Dahdah adalah seorang wanita salehah. Surga adalah cita-citanya bersama keluarganya, iman adalah modal hidupnya. Maka, seperti suaminya yang beriman, ia pun berkata,
“Betapa untungnya transaksi itu! Semoga Allah memberkahi transaksimu!”
Lalu, menurut riwayat, setelah itu, Ummu Dahdah pun mendatangi anak-anaknya, mengeluarkan kurma yang sedang dikunyah di mulut anak-anaknya dan bahkan yang sedang berada dalam genggaman mereka.
nabi saw. pun berkata,
كم من عذقٍ (غصنٌ من نخلةٍ) ردَّاح (ثقيل) لأبي الدحداح في الجنة
“alangkah banyaknya tandan kurma Abu Dahdah di surga!“
Sejarah dunia terbentuk dari interaksi kompleks antara individu, masyarakat, kebudayaan, dan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia. Setiap orang dan kelompok memiliki peran penting dalam membentuk sejarah dunia, baik secara langsung maupun tidak langsung.